“kenapa tidak boleh?”
“ini daerah terlarang, jika
pemilik tahu kau menginjakkan kaki disini, kau pasti akan kena hukuman yang
berat.”
Apa? Daerah terlarang? Pemilik?
Kena hukuman berat jika datang kesini? Apa maksudnya?
Aku tambah bingung dengan
keadaan yang tengah ku alami ditambah dengan adanya kemunculan wanita
dihadapanku ini. Dan nampaknya wanita yang sedang berdiri dihadapanku menangkap
ekspresi kebingunganku.
“kita harus kembali kebawah,
sebelum sang pemilik tahu kalau kita menginjakkan kaki didaerahnya.”
“apa? Kembali kebawah? Maaf,
aku tidak mau. Disana terlalu banyak hal aneh.”
Wanita itu terdiam bingung
dengan penolakanku.
“aku baru saja bertemu
dengan pocong, dan tidak hanya satu melainkan lima ! dan sekarang kau memintaku
untuk turun?? Tidak, terima kasih. Aku tidak mau.”
“tapi, keadaan akan jauh
lebih buruk jika kau memasuki area ini…”
“aku tak peduli… kalau
begitu kenapa tidak kau saja yang kembali ketempat gelap disana, untuk apa kau
masih disini?!” aku melangkah maju—masuk kedalam lorong panjang disisi kananku.
“tunggu, aku tak bisa
membiarkanmu masuk…!”
“terserah, kau mau bilang
apapun untuk melarangku aku akan tetap disini. Aku tak mau kelantai sarang
setan itu.”
Aku terus melangkah kedepan
tak menghiraukan perkataan-perkataan dari wanita yang masih saja mengikutiku
dibelakang.
Hingga aku berhenti di suatu
pintu kamar berwarna cokelat. Namun tampaknya pintu ini dikunci dari dalam
karena pintu kamar terlihat tertutup dengan sangat rapat.
“ruangan ini adalah ruangan
sang pemilik rumah mewah ini. Hei aku pikir kita harus tetap pergi dari sini…
jika tiba-tiba sang pemilik keluar lalu melihat kita, pasti dia akan sangat
marah.” Wanita itu berbisik memberitahuku.
“aku tidak peduli apa yang
akan terjadi jika dia melihatku…kalau kau ingin turun, turunlah sendiri.” Jawabku
Aku berbalik dari kamar yang
katanya adalah tempat tinggal sang pemilik ke kamar disisi yang lain. Aku
memegang gagang pintunya lalu menekannya dan . . .
#To be continued
Tidak ada komentar:
Posting Komentar