Aku berbalik menuju kamar disisi yang lain. Kupegang gagang pintunya lalu menekannya dan . . .
“KLEK . . .”
Terbuka !
Aku memasuki kamar dan
disuguhi pemandangan berwarna oranye dari dinding, tempat tidur, lemari-lemari
pakaian hingga meja dan bangkunya. Tapi kondisi kamar ini benar-benar
berantakan, terdapat banyak sepatu, pakaian, dan buku-buku serta majalah yang
berserakan dimana-mana dalam ruangan. Aku mengambil pakaian itu dan aku pun tahu
bahwa pemilik kamar ini adalah seorang wanita.
Disaat aku masih
mencari-cari petunjuk dikamar ini, tiba-tiba wanita yang sedari tadi mengikuti
dan menyuruhku turun— ikut masuk kedalam kamar. Dengan terengah-engah ia
menutup lalu mengunci pintunya. Tak puas dengan hanya menguncinya, wanita itu berusaha
menarik meja untuk mengganjalnya.
“ada apa?” aku
menghampirinya.
“saat aku ingin turun,
diujung anak tangga aku melihat ada wanita sedang berdiri disana. Semula aku
pikir dia adalah temanku, tapi setelah aku perhatikan ternyata bukan. Ia menatapku
dengan mata merah darahnya. Ekspresinya terlihat sangat marah...”
Mendengar hal itu aku pun
ikut panik.
“kalau begitu jangan gunakan
meja ini, pertama-tama kita tarik lemari itu dulu baru setelah itu
mengganjalnya kembali dengan meja ini”
“benar !”
Bersama-sama kami menarik
lemari yang berada disisi kiri pintu, mendorongnya sekuat tenaga hingga mengganjalnya
kembali dengan meja belajar.
Selesai mengganjal pintu aku
dan wanita itu menduduki kasur dengan sprei berwarna oranye-nya itu. Aku berdo’a
dengan membaca beberapa surat pendek Alqur’an yang aku hafal.
Wanita itu kebingungan
melihatku menggumamkan bahasa yang tidak ia mengerti, namun aku tak
menghiraukannya dan tetap membaca surat Al-Qur’an.
“hei, apa kau tahu tentang
pemilik kamar yang kita masuki ini?” tanyaku masih sambil membaca do’a dalam
hati.
“aku tidak tahu… aku baru
kali ini naik kesini.”
“…jangan-jangan pemilik
kamar ini adalah wanita yang kau lihat diujung tangga tadi…”
“entahlah…”
#To be continued
Tidak ada komentar:
Posting Komentar