Prian itu
semakin dekat… semakin dekat… dan dekat.
Aku memberanikan diri untuk
menghampirinya…
Akhirnya kami pun saling berhadapan. Menatap satu sama lain
Aku
terdiam, menunggunya bicara.
“kau
punya uang?”
“uang?
Untuk apa?”
“kau tadi
sudah lancang memasuki gang yang aku jaga. Sekarang aku tanya, apa kau punya
uang?”
Aku
merogoh kantong celana dan menemukan dua koin 500-an.
“aku
hanya punya ini.”
Pria itu
mendengus mengejek, lalu ia kembali menatap sinis.
“dengarkan
aku! Kau dilarang memasuki gang itu. kau hanya boleh masuk jika memiliki uang
banyak yang harus kau bayarkan padaku. Mengerti?!”
Aku
mengangguk perlahan.
“Ja-ngan
co-ba co-ba ma-suk ke-sana ! kecuali punya uang.” Setelah memberi peringatan
itu, ia pun berbalik meninggalkanku. Terlihat ia kembali kedalam gang tikus
yang ku masuki tadi.
Aku
kembali ketempat Dian.
“kenapa?”
“gak
apa-apa. Dia cuma bilang kalo mau masuk ke gang yang gua masukin tadi itu harus
bayar. ”
“astaga,
coba’an apa lagi ini?!!”
Ditengah
keresahan dan kebingungan, tiba-tiba kami dikejutkan sebuah suara.
“hei
kalian lagi pada ngapain?”
Aku celingukan mencari-cari asal suara itu…
“diatas
diatas..”
Ahhhh,
aku melihatnya. Seorang pria yang sedang berdiri diatas rumah tingkat duanya dengan merunduk menatap kami.
“kalian
ngapain?”
“maaf,
kami hanya numpang beristirahat. Apa boleh??”
“ohh, ya
tentu saja boleh.” Ujarnya dengan ramah.
Aku
menghela nafas lega.
-bersambung-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar