Minggu, 27 Oktober 2013

MY CREEPY GAJE DREAM PART 11-AN

“ohhh gitu, gak apa-apa deh bu. Kami juga sudah sangat terbantu sekali karena ibu sudah mau memberi petunjuk pada kami. Kami tidak tahu bagaiman caranya membalas kebaikan ibu.”
“tidak usah dipikirkan, lagipula sudah semestinya kita manusia sebagai makhluk hidup tertinggi didunia untuk saling membantu satu sama lain.”
“ya, terima kasih.” Ucapku lagi, Dian masih terdiam, nampaknya ia memang sangat takut sama yang namanya makhluk halus. Sebenarnya aku juga takut, tapi aku harus berani untuk meyakinkannya bahwa semua pasti baik-baik saja selama ALLAH masih bersama kami.

Akhirnya sampailah kami di ujung awal jembatan. Benar saja, apa yang dikatakan oleh ibu itu mengenai kekuatan jahat. Begitu aku sampai dihadapan jembatan ini, aku merasakan aura yang sangat jahat dan berat sekali untuk dirasakan oleh manusia. Samar-samar aku bisa melihat kabut hitam meskipun  jembatan nampak dikelilingin kabut putih tebal.

Aku melihat ada tiga orang paruh baya terdiri dari satu pria dan dua wanita yang nampaknya juga ingin melewati jembatan ini.
“mau lewat jembatan juga ya, bu?” tanya sang pria.
“oh tidak… bukan saya yang ingin lewat. Tapi adek-adek ini. Boleh saya titip mereka sama bapak buat jalan bareng.”
“oh ya ya tentu boleh. Lebih banyak orang lebih baik bu.” Kata pria itu sembari tersenyum ramah.
“Nah, kalian jangan lupa apa yang ibu saya pesankan tadi ya… jangan sampai melanggar salah satunya. Ya?”
“Iya, bu..” jawabku dan Dian bersama-sama
“ayo kita jalan sekarang, takut keburu sore lagi.” Ajak pria itu.
“kami berangkat bu, terima kasih.” Ucapku.
“iya, hati-hati ya.”

Kami berlima pun melangkah perlahan keatas jembatan. Tangan kirik menggenggam telapak tangan Dian agar tak terpencar, sedangkan tanganku yang satunya lagi menggenggam pakaian bagian belakang pria paruh baya yang memandu didepan.

Aku terus berdo’a, do’a apapun yang aku ingat dan aku bisa. Aku terus beristighfar, menyebut nama ALLAH dan memohon perlindungannya dari apapun yang buruk. Aku menajamkan kedua mata dan telingaku, was-was dengan keadaan sekitar. Dan aku ingat untuk tidak menoleh kemanapun kecuali kedepan jika tak ingin lenyap.  Sedikit sesak disini, mungkin karena tekanan udara yang tinggi karena kabut putih.

-bersambung- 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar