“tau,
lewat gang kecil yang ada diantara dua rumah itu…”
“emm,
sebenarnya aku sudah kesana dan bertemu seorang pria yang agak … menyeramkan…
dia mengatakan padaku, jika ingin lewat sana harus membayar sejumlah uang,
sedangkan kami sudah kehilangan tas-tas kami.”
“malang
sekali kalian, tenang saja aku tahu jalan yang lain kok. Tapi sebaiknya kalian
melanjutkan perjalanan esok hari saja.”
“tapi…
kami tak tahu tepat untuk beristirahat.”
“kalian
bisa sementara beristirahat dirumah ku kok…”
“benarkah?
Tapi, apakah kami tidak akan mengganggu penghuni rumah yang lain.”
“ah,
tenang saja aku tinggal dirumah sendirian saja kok dan aku tidak merasa
terganggu. Entahlah… aku hanya merasa kalian ini adalah wanita baik-baik…”
ujar pria itu dengan ramah.
“terima
kasih, sudah percaya dan menolong kami.” Ucapku dan Dian
“tidak
apa-apa, kita sesama manusia kan memang harus menolong. Masa’ kalah sama
binatang yang nolong segolongannya dalam kelompok.”
Aku dan
Dian tersenyum lega mendengar kata-kata yang menenangkan itu lagi.
“ayo,
kalian masuklah… hari sudah mulai gelap…. Oh iya ngomong-ngomong nama kalian
siapa?”
“namaku
Miechie, ini Dian, sahabatku.”
“aku,
Dian..”
“Hoo,
Michie dan Dian… kenalkan aku Rafael.”
Kami bertiga
melangkah masuk kedalam rumah. Terasa aura didalam rumah ini terasa hangat tapi
tidak panas. Benar-benar membuat nyaman. Mungkin karena pemiliknya yang memiliki
sifat ramah ini.
“anggap
saja rumah sendiri, jangan sungkan-sungkan. Sekarang kita sudah seperti
saudara.”
“terima
kasih.” Ucapku dan Dian berbarengan
“nah ayo
kutunjukkan kamar kalian.”
Kami menaiki
anak tangga menuju lantai dua dan menyusuri teras atas. Kemudian berhenti tepat didepan sebuah pintu.
“nah ini
kamar kalian. Tidak keberatan kan kalo kalian berbagi kamar. Karena aku hanya
punya dua kamar. Biasanya ruangan ini hanya kugunakan untuk menyetrika, dan
menyimpan pakaian dilemari dalam.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar