Aku dan
Dian kembali tersenyum mendengar kata-katanya.
Kami membagi
tugas. Rafael memotong kangkung, cabai, bawang putih dan bawang merah. Dian
menggoreng telur dan tempe, sedangkan aku kebagian meracik bergedel tahu.
Bertiga kami
menghabiskan waktu hampir satu jam. Dan makanan pun siap dihidangkan. Kami menata
makanan-makanan yang terlihat lezat itu diatas piring-piring putih dan
membawanya ke meja makan yang jaraknya dekat dengan dapur.
“ayo
kita, makan !!!!!” ujar Rafael.
“heee,
cuci tangan duluu..” seru Dian.
“oh iya. Ahh
rasanya benar-benar ada yang memperhatikanku.” Ucap Rafael lagi.
Setelah mencuci
tangan , kami kembali duduk ke meja makan.
Tapi ada
perasaan aneh dalam diriku ketika akan menyantap makanan-makanan lezat ini.
Rasanya seperti
ada yang menarik-narik ragaku untuk keluar dari badan.
Aku
terdiam sebentar, berusaha menguasai keadaanku. Nampaknya Rafael dan Dian tak
meyadari keanehan yang terjadi padaku ini.
Pandanganku
terkadang kabur lalu kembali jelas.
“ayo
makan, Chie..” kata Rafael
“iya
kak..” kau membalik piring kosong yang ada dihadapanku. Menunggu giliran untuk
mengambil nasi dan lauk.
Tapi perasaan
aneh itu datang lagi dan…. Terasa lebih kuat dari sebelumnya.
Aku mulai
kesulitan bernafas, ragaku seperti sedang dipermainkan antara akan ditarik atau
dimasukkan kembali. Pandanganku semakin tak terkendali, kabur terkadang berubah
putih.
Lima detik
kemudian, tiba-tiba semua pemandangan didepanku lenyap… berubah warna menjadi
putih bersih. Aku seperti tersedot kedalam sebuah pusaran angin… terasa sangat
sejuk…. Aku tidak tahu apa yang tengah terjadi padaku, mungkinkah ini yang namanya
kematian??
Tiba-tiba pemandangan yang semula putih berganti hitam pekat…
Gelap !
Hampa ………………………………………………………………………………………………………
Kedua mataku
kembali terbuka, terpancar sinar lampu menyilaukan dari atas kepalaku. Ku perhatikan
sekelilingku dengan seksama… kasur yang kutiduri, lemari pakaian yang biasa
kugunakan untuk menyimpan baju, meja belajar, radio….
Ternyata aku
berada dalam kamar ku sendiri. Aku masih bernafas. Dan tiba-tiba pintu kamar dibuka.
“Shalat
shubuh, Chie !!!” panggil seorang paruh
baya nan cantik yang ternyata adalah ibuku.
Alhamdulillah,
semua kejadian ini hanya mimpi.
Aku beranjak
dari kasur dan berdiri menatap semuanya. Ya ini rumahku, keadaannya sama
persis. Ternyata kejadian yang selama ini aku lalui hanya sebuah mimpi.
Aku segera
kekamar mandi, mengambil wudhu lalu shalat Subuh.
Seselesainya shalat,
pikiran ku kembali kepada mimpiku.
“lalu
bagaimana dengan Dian yang ada dalam mimpiku? Berarti dia sendirian? Atau ada
aku yang lain disana??” pikirku.
Yaaaahh,
entahlah… lagipula itu semua mimpi…. Bunga tidur manusia yang berasal dari
khayalan alam bawah sadar.
-tamat-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar