Minggu, 27 Oktober 2013

MY CREEPY GAJE DREAM PART 7-AN

Ditengah kondisi sengsara ini, keanehan kembali terjadi. Malam kini telah berganti siang. Matahari terasa sangat besar, panas dan seperti terletak diatas kepalaku.

“Ya ALLAH, apa yang sebenarnya sedang kau uji dari keadaan ku ini? Ampunilah dosa-dosaku ya Allah. Aku ingin pulang.” Ucapku dalam hati. Teringat kata pulang, aku belum sempat mengabari kedua orangtuaku. Mereka pasti sangat mengkhawatirkanku.

Aku berharap mereka segera lapor ke polisi. Sehingga aku bisa dilacak dan segera pulang dan meluruskan semuanya.

Ditengah harapanku itu, aku mendengar seperti derap sebuah langkah yang sedang berlari dibelakangku. Aku kembali panic, takut menguasai pikiran dan perasaanku. Jangan-jangan salah satu anggota massa yang mengejar kami tadi berhasil melacak jejak dan kini ia mengejarku di belakang.
“Ya ALLAH, tolong selamatkan lah aku, hambamu yang bodoh dan lemah ini.” gumamku
Aku memberanikan diri menoleh kebelakang,dan yang kulihat adalah…

DIAN !!!

Dian kembali berlari dan berhasil menyusulku, syukurlah, syukurlah !!!
“Dian, Alhamdulillah lu selamet…” aku menghentikan langkahku menanti kedatangannya
“seperti kata lo, gua gak mau mati karena kesalahahan yang enggak pernah gua lakuin. Kita harus tetep lari, Chie. Ayo jangan berhenti disini. Mereka masih dibelakang kita.”
Aku mengangguk dan melanjutkan pelarian ini dengan kembalinya sahabatku Dian.

Kami terus berlari hingga semua langkah ini memandu kami memasuki sebuah desa lagi. Tapi kali ini, desa yang kami lihat terlihat ramai. Nampaknya ini jam-jam sibuk para penduduk keluar dari rumahnya dan yang lebih mengejutkan lagi, para penduduk yang juga tengah berbincang-bincang itu menggunakan bahasa jawa yang sangat kental.
“Astaga, apa mungkin saat ini kami sedang berada di pemukiman didaerah Jawa?? Tidak mungkin ! tidak mungkin sampai sejauh ini… pasti ini masih di Jakarta. Di Jakarta juga masih banyak kok pemukiman penduduk yang mayoritas Jawa dan berbincang-bincang menggunakan bahasa Jawa, termasuk di daerah rumahku juga seperti itu.”  aku berusaha berpikir positif.

Ditengah usahaku untuk berpikir positif, tiba-tiba aku mendengar suara bisikan yang sangat halus. Sambil berlari, aku mempertajam kedua telingaku.
“jangan lewati jembatan itu… angker… angker”

Aku berusaha mendengarkannya lagi, untuk memastikan aku tidak melakukan kekeliruan

-bersambung-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar