“bangunin
aja. Tapi pelan-pelan biar gak kaget.” Usul Dian
Aku pun
menggoyang-goyangkan bahu pria paruh baya itu secara perlahan agar ia tidak
kaget dan menganggap kami maling.
Tapi……..
habis waktu 5 menit
aku membangunkannya, tapi tak ada tanda-tanda ia akan membuka matanya atau
merespon suaraku. Apa ia benar-benar tidur?? Pikirku
Aku melihat
kearah Dian yang lalu perhatian kami tertuju pada dua handphone diatas meja
disisi kiri kami.
Kami
mundur menuju pintu masuk rumah.
“kayaknya
gak ada tanda-tanda tu bapak-bapak bakalan bangun deh, Di..”
“iya ya,
itu orang tidur begitu amat.”
“Di,lu
punya pikiran yang sama gak ama gua???”
“tentang?”
“handphone
diatas meja tadi.”
“mungkin…
lu berniat mau minjem hp itu kan buat ngubungin nyokap bokap lu?”
“nyokap
bokap kita…”
“ya
maksud gua gitu… tapi kalo umpamanya tuh bapak bangun gimana?”
“ya kita
tinggal jelasin kalo kita gak bermaksud ngapa-ngapain, cuman minjem.”
“aman
gak?”
“kita gak
bakal tahu, kalo gak nyoba Di.”
Dian
terdiam sebentar, mungkin berpikir. 2 menit menunggu, akhirnya ia setuju. Kami
kembali masuk kedalam rumah, sekali lagi kami membangunkannya namun tetap tak
ada respon darinya.
Dengan
sangat perlahan kami meraih dua handphone yang tergelatak diatas meja. Lalu
dengan langkah layaknya mengendap-endap kami kembali keluar menuju teras rumah.
“kita gak
punya banyak waktu, Chie. Kita mesti cepet jangan sampe tuh bapak bangun terus
salah paham.”
“gua
paham.”
Aku
menekan tombol-tombol, belum selesai...
Tiba-tiba aku mendengar suara dari
beberapa pria disamping rumah ini. Aku menengok sekilas, dan terlihat pria-pria
paruh baya yang mengenakan pakaian seragam satpam. Aaarrghh, sial kenapa mesti
sekarang kenapa gak dari tadi sih?!! Pikirku. Tampaknya Dian juga mengetahui
hal ini dan belum sempat juga menelpon orangtuanya. Ia menyuruhku masuk kembali
kedalam rumah.
-bersambung-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar