Minggu, 27 Oktober 2013

MY CREEPY GAJE DREAM PART 8-AN

“jangan lewati jembatan itu…. angker… angker…”
“Chie, itu ada ibu-ibu… kita tanya ibu itu nanya jalan tembus ke jalan raya…” seru Dian. Aku mengikuti langkahnya.
“Permisi, bu…” sambil terengah-engah Dian menghentikan langkah sang wanita paru baya itu.
“njeh, dek. Ada yang bisa ibu bantu???” sangat jelas terdengar dengan logat jawanya yang sangat kental.
“maaf bu, kami mengganggu sebentar. Ibu tahu gak jalan yang menuju jalan besar yang ada angkutan umumnya??”
“oh iya tahu dek. Kenapa adek mau kesana ya?”
“iya bu, kami mau kesana. Udah berkali-kali kami mencari jalan umum itu tapi selalu aja kembai ketempat yang sama. Ibu bisa tunjukkin jalannya gak bu? Dan kira-kira apa masih jauh dari sini??”

Waahh, Dian jago berbohong juga ternyata. Tapi kalo dipikir, akan jauh lebih baik kalau dia gak ngasih tahu situasi yang sebenarnya. Kalo sampai ibu ini tahu, kalo kami dikejar-kejar massa karena tuduhan mencuri, heuu bisa-bisa mereka malah membawa kami ke gerombolan massa itu.
“masih jauh banget, dek. Adek mesti lewati jembatan itu dulu…” sembari menunjuk ke arah jembatan yang berjarak 10 langkah didepan kami.
“Tapi…. bentar deh….. ngomong-ngomong soal jembatan, tadi kan suara-suara halus itu ngsih tahu kalau jembatannya gak beres… angker… apa jembatan yang dimaksud adalah jembatan yang akan kami lewati ini?? Ah, mudah-mudahan bukan…” aku kembali berpikir positif.

Aku berusaha dengan seksama mendengarkan instruksi ibu paruh baya itu.
“kalian bisa aja lewat situ, dan memang jalan paling deket menuju jalan raya yaa dengan melewati jembatan itu.”
“oh gitu ya, bu… jadi kami hanya harus mengikuti arah jembatan itu kan, bu?” tanya Dian untuk memastikan.
“iya… tapi..” ibu paruh baya itu terlihat enggan meneruskan omongannya.
“tapi kenapa, bu?” tanyaku penassaran.
“jembatan itu angker…”
“angker? Maskud ibu?” tanyaku lagi

“bukan hanya angker, tapi sangat angker dan sangat berbahaya.”

-bersambung-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar