Minggu, 27 Oktober 2013

MY CREEPY GAJE DREAM PART 1

“Huufhh akhirnya selesai juga jam ngajar gue.” Ucapku dalam hati sembari membereskan kertas-kertas yang aku gunakan untuk mengajar dikelas tadi kedalam tas.

Aku beranjak berdiri dari posisi dudukku untuk mengambil lembar absen. Kulihat Dian, sesama tutor sekaligus sahabatku, melakukan hal yang sama sepertiku. 

Tersirat ekspresi lelah dari wajahnya. Yah, aku pun juga merasa lelah mungkin karena kami harus mengejar waktu antara jam kuliah dengan jam mengajar. 
Dian sudah menjadi tutor Bahasa Inggris selama 4 bulan sedangkan aku baru memasuki 1 setengah bulan. Aku pun mengambil pekerjaan mengajar ini juga karena informasi dari Dian. Semula aku merasa mengajar bukanlah bidangku, tapi hatiku mengatakan tak ada salahnya mengambil kesempatan dihadapanmu, yaa hitung-hitung dapat pengalaman pertama kerja sekaligus tambah uang jajan :D

Terlepas dari ingatanku tentang awal mulaku masuk instansi ini, Dian menatapku tanda isyarat untuk segera pulang. Setelah berpamitan dengan manager, pengajar senior dan para staff lainnya, kami berdua keluar dari instansi.

Baru 5 langkah kami keluar dari pintu, aku dan Dian menatap keadaan sekeliling kami yang sangat berbeda dari biasanya. Sudah menjadi pemandangan umum saat kami keluar dari pintu instansi, kami akan langsung disuguhkan jalan raya besar dengan jalur dua arah dan sebuah mall besar ditepi jalan seberang. Tapi kini semuanya telah lenyap, dihadapan kami tak terlihat barisan mobil dan angkutan umum yang biasanya membunyikan klaksonnya dikala jalan raya sedang macet, tak ada music besar yang terdengar dari mall besar yang biasa kami kunjungi sebelum ataupun sesudah mengajar.

Yang kami lihat saat ini hanyalah tanah luas dengan rumput-rumputnya yang hijau dan jalan setapak dihadapan kami. Aku menatap Dian, dan dia pun terlihat sama bingungnya denganku dengan pemandangan ini.

Aku menoleh kebelakang, berharap bisa kembali masuk ke instansi dan menanyakan  pemandangan  yang tak biasa ini. Tapi…

Yang mengejutkan adalah tak ada apapun dibelakang kami. 

Kosong… hanya ada pemandangan yang sama seperti didepan kami.
“kantor nya kemana, Di??”

Mendengar pertanyaan anehku, Dian ikut menoleh kebelakang. Dan sekali lagi nampak terlihat ekspressi bingung diwajahnya. Ditambah lagi tas-tas yang kami panggul juga ikut menghilang kecuali handphone yang ku masukkan kedalam kantung celana.
“kok jadi kayak gini, ya chie?? Kita dimana?”


Aku hanya menggeleng tidak tahu untuk menjawab pertanyaannya. Aku bingung dengan apa yang aku lihat saat ini. Baru sekitar 1 menit yang lalu kami keluar dari pintu instantsi dan kini semuanya lenyap. Berubah menjadi tempat yang asing bagiku dan Dian.

-bersambung-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar